Legendary Moonlight Sculptor
Volume 2 - Chapter 4
Volume 2 - Chapter 4
Kota Langit, Lavias
Dr. Cha Eunhee dari Balai Pusat Rehabilitasi Sosial adalah seorang psikolog terkenal di dunia, yang mematenkan metode terapi baru untuk pengobatan penyakit psikologis. Jadwal kerja tanpa henti biasanya tidak memberinya waktu untuk beristirahat.
Dia memiliki rentetan pasien yang konstan untuk dilayani dan jurnal artikel mingguan untuk diserahkan dalam lingkaran jadwal monoton yang tidak pernah berakhir.
"Membosankan. Kelam. Tidak menarik."
Ini adalah keluhan hariannya. Namun, terlepas dari keinginannya untuk melepaskan diri dari semua itu, dia tidak bisa membiarkan dirinya mengabaikan tanggung jawabnya.
Oleh karena itu, dia sekarang mendapati dirinya berada di tengah sesi konseling dengan seorang wanita paruh baya.
"Saya benar-benar menyesal atas keadaan anak perempuan Anda," kata Dr. Cha, sambil mengedipkan kelembapan di matanya.
"Saya tahu, itu sudah 5 tahun." Wanita itu tersenyum sedih saat menceritakannya pada Dr. Cha.
"Tapi sejak anak itu mencoba untuk membunuh nyawanya sendiri, saya belum bisa berkonsentrasi pada apapun."
"Sudah saatnya Anda melepas pikiran Anda dari keadaan anak perempuan Anda dan mulai mencari tujuan hidup Anda sendiri."
"Sebenarnya dokter ..." wanita itu bertanya, menggenggam tangan Dr. Cha erat-erat.
"Sebenarnya dokter ..." wanita itu bertanya, menggenggam tangan Dr. Cha erat-erat.
"... Saya percaya bahwa dia terjebak di sana entah di mana ... Dia masih ada disana..."
* * *
Pohon Surgawi secara acak tumbuh tinggi naik ke langit tapi segera mulai menuju ke arah tertentu.
Weed dan teman-temannya bertahan dengan erat pada batang yang tumbuh cepat menuju ke arah sasarannya. Angin yang menghempas membuat mereka babak belur dan tanah di bawahnya terlihat terasa lebih nyaman. Beberapa saat kemudian, Baran Village telah lenyap dari pandangan.
Mereka melewati awan dan tiba di sebuah pulau yang tampaknya sangat besar. Sebuah pulau yang mengambang di langit! Mengendarai tangkai pohon yang tumbuh dari Pohon Surgawi, Weed dan teman-temannya naik ke atas kabut yang mengaburkan daerah itu.
"Inilah Kota Langit!" Seru party tersebut, sambil menikmati pemandangan disekeliling mereka.
Sebuah bangunan labirin terpampang di depan mereka. Di tengah labirin yang luas itu berdiri sebuah menara besar dengan segudang burung bertengger di atasnya. Di bawah menara besar itu ada perbukitan dan ladang yang subur.
"Oh! Pohon itu layu!" Teriak Irene sambil melirik ke pohon.
Batang Pohon Surgawi layu dan hancur di depan mata mereka. Fragmen-fragmen itu menghilang tersapu awan, memotong jalan antara pulau terapung dari tanah yang jauh di bawahnya.
"Jalan kita untuk kembali telah hancur. Apa yang kita lakukan sekarang?" Surka resah. Teman²nya, di sisi lain, tampaknya tidak terlalu peduli.
"Petualangan dimulai di sini. Karena pohon itu sudah lenyap, kita akan memikirkan cara kembali saat waktunya tiba nanti."
"Tapi, Pale-nim ..." Surka hampir menangis, sudah merindukan tanah yang solid.
Weed berusaha menghiburnya, "Jika ada kemauan, pasti ada jalan." Tapi Surka sepertinya tidak yakin dengan kata-kata dorongan Weed, dan pada titik dimana Weed dengan acuh tak acuh berkata, "Baiklah, jika kita tidak dapat menemukan cara, kita hanya perlu melompat, benarkan?"...Lanjut
Comments
Post a Comment